31.5 C
Jakarta
October 7, 2024
Official Store Accurate Accouting
Akuntansi

Inilah Cara Hitung FIFO LIFO untuk Inventaris

Cara Hitung FIFO LIFO

Salah satu komponen bisnis paling merepotkan adalah perihal stok barang atau inventaris pergudangan. Pasalnya hal ini cukup memakan waktu apalagi jika menggunakan cara konvensional. Namun beberapa perusahaan mensiasati masalah inventaris, dengan memahami cara hitung FIFO LIFO.

Dua metode ini sangat penting bagi seorang pebisnis, karena berkaitan langsung dengan perhitungan stok gudang yang sering menjadi masalah pada banyak bidang bisnis. Dengan memahami cara ini, pebisnis akan terhindar dari risiko kerugian yang mendalam.

Mengenal FIFO dan LIFO

mengenal FIFO LIFO
Source: Pexels.com

Secara garis besar, FIFO dan LIFO merupakan salah satu metode yang digunakan untuk manajemen aset maupun inventory. Dimana konsep FIFO (First In First Out) adalah barang pertama yang masuk, harus juga dikeluarkan pertama. 

Yang dimaksud adalah jika Anda memproduksi barang atau produk, barang yang jadi pertama, itulah yang harus Anda jual pertama kali. Hal tersebut sama ketika Anda menjual produk orang lain, produk yang lebih dulu masuk gudang, maka harus yang dikeluarkan pertama untuk dijual.

Baca Juga: Mengetahui Lebih Jauh Metode Persediaan Fifo, Lifo, dan Avarage

FIFO adalah metode yang paling banyak digunakan oleh pebisnis, karena metode ini lebih rasional dengan pengendalian risiko. Metode ini memiliki tujuan untuk asumsi aliran biaya (asumsi pemindahan harga pokok produk perusahaan), yang keluar dari persediaan ke harga pokok penjualannya. 

Sedangkan LIFO (Last In First Out) adalah metode yang digunakan untuk memperhitungkan persediaan yang mencatat barang yang paling terakhir masuk, yang harus terjual lebih dulu. Biaya produk terbaru yang dibeli atau diproduksi, biasanya dibebankan sebagai harga pokok penjualan (HPP) .

Sederhananya  metode LIFO meyakini harga pokok penjualan dapat ditentukan oleh harga pokok barang baru atau terakhir masuk. Karena metode ini mengasumsikan bahwa barang yang paling baru dibeli telah terjual dengan harga belinya, dimana nilai persediaan akhir didasarkan pada biaya barang yang paling lama.

Perbedaan Penilaian Persediaan FIFO LIFO

perbedaan FIFO LIFO
Source: Pexels.com

Karena memiliki pendekatan dan konsep dasar yang berbeda, pastinya kedua metode ini memiliki penilaian persediaan yang berbeda. Seperti beberapa perbedaaan penilaian persediaan ini:

Penilaian Persediaan dengan FIFO

FIFO mengasumsikan bahwa barang tertua yang dibeli adalah barang pertama yang terjual, secara teori barang tersebut memiliki harga yang lebih murah. Ketika Anda menjual barang yang lebih baru dan lebih mahal terlebih dahulu, dampak finansialnya pasti berbeda. Berikut asumsi penilaian dari metode FIFO:

  • Harga pokok penjualan: Menjual unit yang masuk terlebih dahulu akan menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih rendah daripada metode LIFO.
  • Persediaan akhir: Unit yang lebih baru dan lebih mahal tetap berada dalam persediaan akhir, yang menghasilkan saldo yang lebih tinggi daripada metode LIFO.
  • Laba bersih: karena memiliki saldo harga pokok penjualan yang lebih rendah, maka metode FIFO akan menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada LIFO.

Penilaian Persediaan dengan LIFO

Metode LIFO umumnya menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi, dengan laba bersih yang lebih kecil di neraca. Ketika semua unit barang yang tersedia dijual, total harga pokok penjualan adalah sama dengan menggunakan metode penilaian persediaan apa pun. Berikut asumsi penilaian dari metode LIFO:

  • Harga pokok penjualan: Menjual unit yang lebih mahal terlebih dahulu, untuk menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi daripada metode FIFO.
  • Persediaan akhir: Unit yang lebih tua dan lebih murah tetap berada dalam persediaan akhir, yang akan menghasilkan saldo yang lebih rendah daripada metode FIFO.
  • Laba bersih: Karena memiliki saldo harga pokok penjualan yang tinggi, maka metode LIFO akan menghasilkan laba yang lebih kecil daripada FIFO.

Baca Juga: Mengetahui Lebih Jauh Pengertian dan Cara Menghitung HPP Untuk Pengembangan Bisnis

Cara Hitung FIFO LIFO

cara hitung FIFO LIFO
Source: Pexels.com

Setelah memahami arti dari kedua metode tersebut, kini waktunya untuk belajar menghitung inventory dengan kedua metode tersebut. Metode yang Anda gunakan untuk menilai persediaan akhir akan mempengaruhi HPP produk. 

Jika Anda ingin menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan metode LIFO, maka Anda harus mencari tahu biaya persediaan terbaru Anda, dan cukup menggunakannya dengan harga pokok penjualan.

Sama seperti FIFO, jika tarif untuk memperoleh barang dalam persediaan berfluktuasi selama periode waktu tertentu yang Anda tentukan COGS, maka Anda harus memperhitungkannya.

Untuk kenyamanan, Anda dapat mempertimbangkan fifo online dan kalkulator lifo membantu untuk mengetahui harga pokok pembelian, HPP, nilai persediaan akhir beserta tabel detail persediaan.

Contoh Kasus

Perusahaan ACC adalah perusahaan dagang ternama dalam bisnis barang sepeda lipat, hampir seluruh produk sepedanya mereka impor dari Taiwan. Namun beberapa bulan ini sepeda yang mereka impor mengalami kenaikan harga untuk tiap unitnya. Seperti kenaikan yang bisa Anda lihat pada keterangan di bawah ini:

April: 30 unit @ Rp 1,5 juta = Rp 45 juta.

Mei: 30 unit @ Rp 1,7 juta  = Rp 51 juta.

Juni: 30 unit @ Rp 2 juta = Rp 60 juta.

Total pembelian inventaris: Rp 45 juta + Rp 51 Juta + Rp 60 juta = Rp 156 juta

Persediaan awal: 30 unit @ Rp. 1,2 juta = Rp 36 juta

Konsumsi: 90 unit digunakan dalam produksi selama periode ini

Penjualan: 90 sepeda lipat seharga Rp 2,2 Juta = Rp 198 juta

Perhitungan Nilai Persediaan Akhir

Dari keterangan di atas, Anda atur persediaan akhir dengan cara hitung FIFO LIFO. Berikut penjelasannya:

Jika Anda ingin menggunakan metode FIFO, maka unit yang tertua adalah seharga Rp. 1,2 juta terjual, meninggalkan unit terbaru yang Anda beli dengan harga Rp 2 juta dalam persediaan.

Maka untuk menghitung nilai persediaan akhirnya adalah

Nilai persediaan akhir menggunakan FIFO: 

30 unit x Rp 2.000.000 = Rp. 60 juta

Jadi dengan metode FIFO persediaan akhir dalam gudang bernilai Rp. 60 juta.

Sedangkan jika Anda ingin menggunakan metode LIFO, maka unit terakhir yang dibeli dijual terlebih dahulu. Sehingga akan meninggalkan unit tertua di Rp 1,2 juta dalam stok gudang. Maka untuk menghitung persediaan akhirnya Anda bisa menggunakan cara ini:

Nilai persediaan akhir dengan LIFO:

30 unit x Rp 1.2000.000 = Rp 36.000.000

Jadi nilai akhir persediaan jika Anda menggunakan metode LIFO adalah Rp 36 juta.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan

Cara hitung FIFO LIFO juga bisa Anda terapkan pada perhitungan harga pokok penjualan. Anda bisa menggunakan rumus ini untuk menghitung harga pokok penjualan produk:

Harga Pokok Penjualan = Persediaan awal + Pembelian persediaan – Persediaan akhir

Jika Anda menerapkan metode FIFO maka hasil perhitungan HPP akan seperti di bawah ini:

Harga pokok penjualan = Rp 36.000.000 + Rp 156.000.000 – Rp 60.000.000 = Rp 132.000.000

Jadi harga pokok penjualan adalah Rp 132 juta

Sedangkan jika menggunakan metode LIFO, caha hitungnya akan seperti ini:

Harga pokok penjualan = Rp 36.000.000 + Rp 156.000.000 – Rp 36.000.000 = Rp 156.000.000

Dari hasil tersebut dapat diketahui harga pokok penjualan total unit adalah Rp 156 juta.

Nah, itulah cara hitung FIFO LIFO yang bisa Anda aplikasikan secara manual. Namun untuk meningkatkan produktivitas, Anda bisa menggunakan aplikasi akuntansi online seperti Accurate dari ABC Semanggi. Karena aplikasi ini menyediakan fitur inventaris, sehingga Anda tidak perlu repot hitung manual dan habiskan banyak waktu terbuang.

Rasakan sensasi unik Emkay Blast Lite Liquid Vape hari ini! Pesan sekarang dan nikmati pengalaman vape yang tak terlupakan!

Related posts

Ketahui Lebih Jauh Akuntansi Perusahaan Dagang

Wida

Cara Menggunakan Fitur Manufaktur Accurate Online

Erapuji

Pengertian Dan Penjelasan Lengkap Siklus Akuntansi

Miftah