October 26, 2025
Solusi Pembukuan Bisnis
Akuntansi

Mengenal 10 Prinsip Dasar Akuntansi untuk Bisnis

Prinsip Dasar Akuntansi

Keberadaan akuntansi dalam bisnis sangat diperlukan. Akuntansi menjadi bagian penting untuk melihat bagaimana bisnis menghasilkan pencatatan keuangan yang lebih rapih dan terstruktur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Prinsip akuntansi menjadi bagian penting dalam Menyusun informasi akuntansi Perusahaan.

Setiap pebisnis, perlu memahami prinsip akuntansi yang berlaku. Prinsip akuntansi menjadi bagian penting dalam menciptakan kesesuaian dalam Menyusun laporan keuangan yang baik, sehingga bisa di manfaatkan Perusahaan untuk keperluan bisnis di masa ini maupun masa depan.

Mengenal Prinsip Akuntansi

Prinsip dasar akuntansi adalah pedoman yang digunakan dalam melaksanakan proses akuntansi. Setiap aktivitas akuntansi memiliki tahapan masing-masing. Mulai dari pencatatan, penjurnalan, hingga penyusunan laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi.

Setiap pedoman harus diikuti dengan tepat dan benar. Sehingga hasil dari pencatatan bisa dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dalam bisnis.

Baca Juga: Perbedaan Cashflow dan Laba Bersih: Kunci Memahami Kesehatan Keuangan Bisnis

10 Prinsip Dasar Akuntansi

Kesatuan Usaha (Business Entity Principle)

Prinsip ini menegaskan bahwa bisnis harus dipisahkan dari kepentingan pribadi pemiliknya. Artinya, aset, kewajiban, dan transaksi perusahaan tidak boleh tercampur dengan milik pribadi pemilik atau pihak lain.

Misalnya, jika pemilik perusahaan menggunakan uang pribadi untuk membeli keperluan sehari-hari, maka transaksi tersebut tidak boleh dicatat sebagai beban perusahaan. Dengan adanya pemisahan ini, laporan keuangan menjadi lebih objektif, jelas, dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis.

Kelangsungan Usaha (Going Concern Principle)

Prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap akan terus beroperasi dalam jangka panjang, kecuali ada bukti kuat yang menunjukkan sebaliknya. Dengan asumsi kelangsungan usaha, aset perusahaan dicatat berdasarkan nilai historisnya, bukan nilai likuidasi.

Misalnya, sebuah gedung yang dimiliki perusahaan tetap dicatat sesuai harga perolehannya meskipun nilainya bisa lebih tinggi atau lebih rendah di pasaran saat ini. Prinsip ini penting agar laporan keuangan lebih konsisten dan tidak terpengaruh fluktuasi jangka pendek.

Prinsip Keterukuran dalam Satuan Moneter (Monetary Unit Principle)

Semua transaksi bisnis harus diukur dan dicatat dalam satuan moneter, misalnya rupiah di Indonesia. Hal ini memungkinkan data keuangan dapat dibandingkan dan dianalisis secara kuantitatif. Informasi non-keuangan, seperti kualitas sumber daya manusia atau kepuasan pelanggan, tidak dicatat dalam laporan keuangan karena tidak dapat diukur dengan nilai moneter yang objektif.

Dengan prinsip ini, laporan keuangan menjadi lebih terukur, meski tetap memiliki keterbatasan dalam menggambarkan kondisi perusahaan secara menyeluruh.

Periodisasi (Accounting Period Principle)

Setiap aktivitas keuangan perusahaan harus dilaporkan dalam periode tertentu, misalnya bulanan, triwulanan, atau tahunan. Dengan adanya periodisasi, pemilik bisnis, investor, maupun pihak eksternal dapat menilai kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Misalnya, laporan laba rugi bulanan dapat menunjukkan apakah strategi pemasaran berhasil meningkatkan penjualan atau tidak. Tanpa adanya periode pelaporan yang jelas, sulit untuk membandingkan kinerja keuangan antar waktu.

Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Aset dicatat berdasarkan harga perolehan atau biaya historis saat pertama kali diperoleh, bukan berdasarkan nilai pasarnya sekarang. Contohnya, jika perusahaan membeli tanah seharga Rp1 miliar, maka tanah tersebut tetap dicatat sebesar Rp1 miliar meskipun nilainya naik menjadi Rp2 miliar di pasar. Prinsip ini digunakan untuk menjaga objektivitas laporan keuangan, karena harga historis dapat dibuktikan dengan dokumen transaksi yang sah, sementara nilai pasar dapat berubah-ubah.

Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan hanya boleh diakui ketika sudah benar-benar diperoleh, bukan saat kas diterima. Misalnya, jika perusahaan menjual barang secara kredit, maka pendapatan diakui pada saat barang diserahkan, bukan saat pembayaran diterima.

Dengan prinsip ini, laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dari aktivitas bisnis, sehingga tidak menyesatkan pembaca laporan. Prinsip ini juga mencegah perusahaan melaporkan pendapatan terlalu cepat atau terlalu lambat.

Pengakuan Beban (Matching Principle)

Prinsip ini mengharuskan beban dicatat pada periode yang sama dengan pendapatan yang dihasilkan. Misalnya, biaya iklan yang dikeluarkan untuk meningkatkan penjualan bulan Juli harus dicatat pada laporan laba rugi bulan Juli, bukan bulan lainnya.

Dengan matching principle, perusahaan dapat melihat hubungan langsung antara biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh, sehingga kinerja bisnis bisa dinilai lebih akurat.

Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Perusahaan harus menggunakan metode akuntansi yang sama dari periode ke periode, kecuali ada alasan kuat untuk mengubahnya. Misalnya, jika perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus pada tahun ini, maka metode yang sama harus digunakan di tahun berikutnya agar hasil laporan bisa dibandingkan. Prinsip konsistensi penting agar pemilik bisnis, investor, dan auditor dapat menilai perkembangan keuangan secara adil.

Materialitas (Materiality Principle)

Prinsip materialitas menyatakan bahwa hanya informasi yang dianggap material atau signifikan yang perlu dicatat secara detail dalam laporan keuangan. Artinya, jika sebuah transaksi tidak berpengaruh besar terhadap keputusan bisnis, maka dapat disajikan secara sederhana.

Misalnya, pembelian alat tulis dengan nilai kecil tidak perlu dicatat terpisah, tetapi bisa langsung dimasukkan sebagai beban operasional. Dengan begitu, laporan keuangan tetap ringkas namun tetap relevan bagi penggunanya.

Baca Juga: 8 Cara Mengatur Keuangan Usaha Kecil agar Tetap Sehat dan Berkembang

Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Laporan keuangan harus menyajikan seluruh informasi penting yang relevan dengan kondisi perusahaan. Informasi tambahan dapat disajikan dalam catatan atas laporan keuangan, seperti rincian utang, kewajiban hukum, atau risiko bisnis yang dihadapi perusahaan.

Prinsip ini penting untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan mencegah kesalahpahaman. Dengan adanya pengungkapan penuh, pemilik usaha maupun pihak eksternal dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat berdasarkan informasi yang jelas.

Bagaimana Software Accurate Membantu Menerapkan Prinsip Dasar Akuntansi

Prinsip dasar akuntansi merupakan fondasi penting dalam menyusun laporan keuangan yang transparan, konsisten, dan dapat dipercaya. Mulai dari prinsip entitas ekonomi, biaya historis, pengakuan pendapatan, hingga prinsip konsistensi, semuanya berfungsi sebagai pedoman agar setiap transaksi dicatat dengan cara yang benar dan sesuai standar.

Tanpa adanya prinsip-prinsip ini, laporan keuangan bisa menjadi tidak akurat dan menimbulkan salah tafsir, baik bagi pemilik usaha, investor, maupun pihak eksternal lainnya.

Bagi pelaku usaha, terutama UMKM, menerapkan prinsip dasar akuntansi sering kali menjadi tantangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pemahaman teknis. Di sinilah peran teknologi hadir untuk memberikan solusi praktis.

Software Accurate membantu mempermudah penerapan prinsip akuntansi dengan menyediakan sistem pencatatan otomatis, fitur laporan keuangan instan, pengelolaan stok, hingga integrasi perpajakan. Dengan Accurate, bisnis dapat memastikan bahwa setiap transaksi tercatat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, sehingga laporan keuangan lebih rapi, akurat, dan siap dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Dengan demikian, penerapan prinsip akuntansi bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan investasi jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan bisnis. Dan dengan dukungan Software Accurate, proses akuntansi yang sebelumnya rumit dapat dijalankan dengan lebih mudah, cepat, dan efisien.

Related posts

Kenali, Perbedaan Software Akuntansi dan ERP

ademuthia

6 Alasan Kenapa Pembukuan Keuangan Usaha Penting untuk Kesuksesan Bisnis

Miftah

Zero Based Budgeting: Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan

Agung